Senin, 22 Desember 2014

PROFIL Kota kuda Kuningan jawabarat

Profil Daerah kota kuningan

dari website resmi pemerintahan jawabarat 
    
 


Alamat

Jalan Siliwangi No.88 Kuningan

Nomor Telepon

0232-871045

Website

 
 

Selayang Pandang

 
 

Letak & Keadaan Geografis

Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23' - 108° 47' Bujur Timur dan 6° 47' - 7° 12' Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45' - 7° 50' Lintang Selatan dan 105° 20' - 108° 40' Bujur Timur.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan:
  • Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
  • Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
  • Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
  • Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa.

 
 
 

Sejarah

 
 
Kehidupan organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Kuningan telah dimulai sejak + 3.500 tahun sebelum masehi (zaman neolitik dan megalith), hal ini didasarkan atas temuan peninggalan yang hingga kini dapat kita lihat di Taman Purbakala Cipari Kelurahan Cigugur, antara lain berupa menhir, dolmen, kuburan batu, perkakas batu, dan keramik.
Namun demikian, alternatif penentuan hari jadi Kuningan yang diusulkan oleh Tim Penulisan Sejarah Kuningan yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kuningan No. 349/Hk.021.1/SK/Bp/XII/1976 tanggal 16 Desember 1976, pada awal penetapannya di dasarkan atas dua usulan, yaitu:
  • Berpegang pada periode awal atau periode "ARILE" yaitu tanggal 11 April 732 yang bertitik tolak pada penobatan Seuweukarma sebagai Raja Kuningan Pertama,dan;
  • Berpegang kepada masuknya agama Islam ke Kuningan yang diawali dengan masuknya “Sunan Gunung Jati” ke daerah Luragung pada tahun 1481, tepatnya saat penobatan Kepala Pemerintahan di Kuningan pada tanggal 1 September 1498
Akhirnya berdasarkan kesepakatan yang didasari oleh titi mangsa permulaan masuknya Agama Islam ke Daerah Kuningan, maka ditetapkanlah alternatif ke dua sebagai Hari Jadi Kuningan yaitu 1 September 1498 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kuningan Nomor 21/Dp.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978.

KEPALA PEMERINTAHAN DARI ZAMAN KE ZAMAN

Zaman Hindu
  1. Seuweukarma
  2. Sanjaya
  3. Rahiang Tamperan
  4. Rahiang Banga
  5. Rakean Darmasiksa
  6. Aria Kamuning
Zaman Islam
  1. Sang Adipati Kuningan
  2. Geusan Ulun
  3. Dalem Mangkubumi
Zaman Penjajahan Belanda & Jepang
  1. R. Brata Adiningrat
  2. Doejeh Brataamidjaja
  3. R. Dali Soejanataatmadja
  4. R. Moch. Achmad
  5. R. Umar Said
Zaman RI 1940 - Sekarang
  1. R. Noer Armadibrata (1945-1951)
  2. R. Asikin Joedadibrata (RECOMBA 1947-1948)
  3. R. Hollan Soekmadiningrat (RECOMBA 1948-1949)
  4. R. Abdoel Rifai (RECOMBA 1949-1950)
  5. R. Moch. Hafil
  6. R. Tikok Moch. Ichlas (1951-1952)
  7. R. Soemitra (1952-1954)
  8. Tb. Amin Abdulah (1954-1957)
  9. Yusuf (Pejabat 1957-1958)
  10. Saleh Alibasah (1958-1961)
  11. Usman Djatikusumah (1961-1966)
  12. Rd. Komar Suryaatmadja
  13. S. Soemintaatmadja (Pejabat 1966-1967)
  14. R. Aruman Wirananggapathi (1967-1973)
  15. Karli Akbar (1973-1978)
  16. R.H. Unang Sunardjo, SH. (1978-1983)
  17. H. M. Jufri Pringadi (1983-1988)
  18. Drs. H. Subandi (1988-1993)
  19. H. Yeng DS Partawinata, SH (1993-1998)
  20. Drs. H. Arifin Setiamihardja, MM (1998-2003)
  21. H. Aang Hamid Suganda,S,Sos - Drs. H. Aan Suharso, M.Si (2003-2008)
  22. H. Aang Hamid Suganda,S.Sos - Drs. H. Momon Rochmana, M.M. (2008-2013)
     
 
 

Visi dan Misi

 
 

VISI

Kuningan lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam Lingkungan Lestari dan Agamis Tahun 2013

MISI

  1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan pembangunan manusia melalui akselerasi peningkatan derajat pendidikan, kesehatan, dan daya beli.
  2. Meningkatkan pengembangan agropolitan dan kepariwisataan daerah melalui penguatan sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah, serta produktvitas dengan berorientasi pada pemberdayaan perekonomian rakyat.
  3. Meningkatkan kehidupan masyarakat yang agamis, harmonis, dan bersatu.
  4. Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari.
 
 

Arti dan Lambang

 
 
MAKNA UMUM LAMBANG DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
Dengan modal semangat dinamis, konstruktif, sportif, semangat menegakkan keadilan, melenyapkan kebathilan, sanggup berjuang membangun dan bertaqwa kepada Allah SWT untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ARTI UNSUR-UNSUR LAMBANG DAERAH
Dasar
Perisai berbentuk lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berarti tenang, penegak keamanan Pancasila dan UUD 1945 serta lambang keadaan yang selalu aman, tenteram dan sejahtera.
Kuda Jantan
Melambangkan sifat masyarakat kuningan yang dinamis, konstruktif, kretif, sportif, semangat menegakan keadilan dan melenyapkan kebathilan. Dalam sejarah perjuangan leluhur Kuningan dan masa gerilya dalam Kabupaten Kuningan, kuda digunakan sarana angkutan dan juga digunakan sebagai alat perjuangan, serta terkenal dengan Leutik-leutik kuda Kuningan (Kecil-kecil kuda Kuningan).
Gunung Ciremai
Menunjukan Kuningan berada di kaki gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat dengan tanahnya yang subur, udaranya sejuk dan nyaman, cocok untuk daerah wisata.
Air Sungai Lima Gelombang
Air sungai melambangkan bahwa Kabupaten Kuningan memiliki lima sungai yang besar, yaitu Cisanggarung, Cijolang, Cisande, Cijangkelok dan sungai Citaal.
Bokor Kuning
Melambangkan sejarah lahirnya Sang Adipati Kuningan yang kemudian menjadi kepala pemerintahan pertama di Kuningan pada tanggal 1 April 1498. Bokor Kuning diartikan juga sebagai lambang lahirnya Pemerintah Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 September 1498.
Padi
Melambangkan kesuburan di bidang pangan.
Kapas
Melambangkan kesuburan di bidang sandang.
ARTI WARNA
Hijau  :
Kemakmuran, kesejukan, ketenangan dan harapan (optimis)
Putih  :
Kesucian, kebersihan, kejujuran, keadilan dan kewibawaan
Hitam  :
Tegak, kuat, kebenaran, ampuh dan teguh
Biru  :
Kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, kebesaran jiwa, berpandangan luas, perasaan halus, rendah hati dan berjiwa besar
Kuning Emas  :
Kesejahteraan, keagamaan, keagungan, keluhuran dan keluhungan

Kamis, 18 Desember 2014

MISTERI DI KOTA KUDA KUNINGAN JAWABARAt

Misteri “Batu Tulis” Desa Jabranti, Kuningan, Jawa Barat

yusuppirdaus14.blogspot.com

Misteri “Batu Tulis” dari Desa Jabranti, Kuningan, Jawa Barat

Indonesian Archeology header
Keberadaan Batu Tulis di Desa Jabranti, Kuningan, Jawa Barat, menyentuh dua babak masa, yaitu prasejarah dan sejarah.
Setidaknya sejak tiga puluh tahun silam, warga mengetahui sepasang batu berdiri tegak di punggungan Gunung Pojoktiga pada ketinggian 1.300 meter, yang terletak di wilayah Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Menhir (batu tegak) ini oleh warga sekitar dikenal dengan nama sebutan “Batu Tulis” lantaran terdapat goresan-goresan di permukaannya yang sekarang ini mulai ditumbuhi lumut.
Bersama seorang dosen Geografi Universitas Indonesia, Taqyuddin, Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) tergerak untuk melakukan peninjauan dan penelitian pada awal Februari lalu.
Ketua Umum MARI yang sekaligus ahli arkeologi dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Ali Akbar, melaporkan bahwa penelitian terhadap “Batu Tulis” mendesak untuk dilakukan.
Batu-batu itu terletak di alam terbuka sehingga kondisi batu sangat rentan karena kena terpaan hujan dan angin. Apalagi lokasi tersebut juga rawan longsor. Titik lokasi “Batu Tulis” tepatnya di Desa Jabranti, yang kurang lebih satu jam perjalanan dari kota Kuningan.
batu-tulis-desa-jabranti
Kemudian dari Desa Jabranti menuju dusun terdekat di kaki pegunungan yakni Dusun Banjaran, masih menempuh jalan setapak dengan berjalan kaki selama sekitar 30 menit.
Dari sana, dilanjutkan dengan trekking mendaki gunung 3-4 jam untuk mencapai batu ini, jadi lokasinya berada di batas dua kabupaten, Brebes dan Cilacap. Berdasarkan konfirmasi ke Balai Arkeologi, baik Balai Jawa Barat maupun Jawa Tengah, temuan ini belum terdata.
Memang sudah lama masyarakat setempat tahu tentang batu, tapi itu pun hanya segelintir. Yang tahu juga tidak terlalu peduli, karena jalur ini jarang dilintasi, aksesnya sulit.
Beberapa penduduk hanya masuk hutan ketika mencari kayu, hasil hutan, atau berburu. Maka tidak pernah berlanjut dengan penelitian sebelumnya,” ungkap Ali Akbar yang ditemui di FIB-UI, Depok (12/2/13).
Ukuran “Batu Tulis” adalah setinggi 160 cm, dengan lebar 80 cm, dan lingkaran terlebar 180 cm. Jarak dua batu adalah 153 cm dan tersusun dalam posisi tegak saling berhadapan.
Hewan dan manusia
Uniknya, keberadaan “Batu Tulis” menyentuh dua babak masa dalam purbakala. Batu berarti peninggalan tradisi Megalitikum (batu besar) pada masa prasejarah, dan gambarnya menunjukkan relief pada masa sejarah klasik.
Melihat gambar-gambarnya, ditengarai relief ini merupakan suatu kisah. Ali menduga, batu telah ada sejak zaman prasejarah, lantas dipakai kembali manusia untuk menggambarkan kisah saat beralih ke zaman sejarah.
menhir-batu-tulis-desa-jabrantiSementara ini pada pahatan di atas ketiga sisi atau bidang batu, dikenali beberapa bentuk/motif berupa hewan dan antropomorfik (anthropomorphic: pemanusiaan atau atribusi pada bentuk/karakter manusia).
Antara lain ular naga, lengkap dengan kepala tubuh, sisik, ekor; moncong menyerupai buaya; kepala burung; belalai gajah; serta manusia dengan profil menyamping dan sedang memegang senjata semacam parang.
Selain bentuk-bentuk tersebut, terdapat juga beberapa goresan berupa bentuk geometris yang masih sulit dikenali. “Penelitian yang lebih intensif diperlukan,” pungkas Ali. Ia mengatakan, MARI berencana penelitian selanjutnya akan membaca dan menafsirkan setiap guratan gambar ini. (Gloria Samantha/NatGeo Indonesia)

Minggu, 14 Desember 2014

ISTIMEWA KOTA KUNINGAN

istimewa kota kuningan


Kota Kuningan adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Barat bagian timur,wilayah kota Kuningan berbatasan langsung dengan Kab.Majalengka (sebelah timur),Kab.Brebes (sebelah barat-Jateng),Kab.Ciamis (sebelah selatan),dan Kab.Cirebon di sebelah utara kota Kuningan.
Setiap kota mempunyai ciri khasnya masing-masing,begitu juga dengan kota Kuningan yang memiliki beragam objek wisata alam yang indah dengan cuacanya yang sejuk.namun sayang,banyak orang yang tidak tahu akan keindahan alam dan pesona wisata budaya yang sangat menarik untuk dikunjungi,tapi beberapa tahun belakangan ini kota kuningan telah memperlihatkan pesonanya.

Berikut dibawah ini adalah beberapa obyek wisata kota Kuningan yang dapat anda kunjungi,ada apa saja sih di Kuningan?


Gunung Ciremai


Gunung tertinggi di Jawa Barat ini terlihat menawan ketika anda pertama kali datang berkunjung ke kota Kuningan.sepanjang perjalanan anda bisa melihat keindahan gunung Ciremai ketika masih berada di wilayah Cirebon,Majalengka,Brebes,ataupun Ciamis.
Buat para pecinta alam,gunung Ciremai merupakan salah satu tempat favorit bagi para pendaki.



Sangkanhurip


Sangkanhurip merupakan tempat pemandian air panas di kaki gunung Ciremai,lebih tepatnya berada di Kecamatan Cilimus dan salah satu lokasi wisata yang terkenal di Kuningan.di tempat ini terdapat beberapa kolam renang air panas terbuka maupun kamar-kamar tertutup yang sumber air panasnya di ambil langsung dari gunung Ciremai,yang sangat cocok buat anda yang ingin relaksasi tubuh.di sini juga merupakan sebuah hotel berbintang untuk tempat peristirahatan bagi para wisatawan yang sedang berkunjung ke kota Kuningan.



Taman Wisata Alam Linggarjati


Linggarjati adalah salah satu objek wisata alam terbaik di Kabupaten Kuningan,karena ditempat ini juga anda bisa menyaksikan indahnya panorama gunung Ciremai dengan berbagai keanekaragaman flora dan fauna serta hutan pinusnya yang asri dan sejuk.selain itu ada juga lokasi Outbound untuk para petualang dan juga kolam renang.untuk para pendaki yang ingin ke puncak gunung Ciremai,Linggarjati merupakan salah satu tempat titik awal pendakian yang menurut para pendaki jalur linggarjati adalah rute yang paling banyak dilalui karena jalurnya yang menantang.
Tidak jauh dari Taman Wisata Alam Linggarjati terdapat pula bangunan bersejarah yaitu Gedung Perjanjian Linggarjati,Gedung ini adalah saksi bisu tempat berlangsungnya perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda.



Cibulan


Cibulan merupakan salah satu lokasi wisata tertua di Kuningan,yang di dalamnya terdapat beberapa kolam pemandian atau kolam renang besar yang airnya sangat dingin sekali.mungkin kalau anda berenang ditempat ini akan terasa berbeda,karena selain airnya yang sangat dingin dan jernih,anda akan ditemani oleh segerombolan ikan dewa.menurut warga sekitar ikan dewa disebut juga ikan kancra bodas yang dikeramatkan,konon katanya ikan dewa adalah jelmaan dari para prajurit yang dikutuk menjadi ikan karena membangkang terhadap pangeran prabu siliwangi.
Untuk para wisatawan yang ingin berenang sambil bercengkrama dengan ikan dewa atau sekedar berfoto dengan ikan tersebut,anda bisa mengunjungi kolam pemandian Cibulan yang terletak di Desa Manis Kidul,Kecamatan Jalaksana,Kabupaten Kuningan.



Waduk Darma


Waduk Darma adalah salah satu objek wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar kota,yang terletak di sebelah barat daya dari kota Kuningan.selain berfungsi sebagai penampungan air untuk pengairan dan perikanan,waduk ini juga dapat dijadikan sarana rekreasi dan memncing.ketika senja hari tiba,banyak para wisatawan yang terpesona akan keindahan Waduk ini,karena Waduk Darma dikelilingi oleh bukit dan lembah dengan pemandangan yang indah dan udaranya yang sangat sejuk.ditempat ini juga ada beberapa fasilitas yang disediakan seperti untuk mengelilingi Waduk Darma anda bisa menyewa perahu,serta tersedia juga Flying Fox (Outbound) dan tempat berkemah serta adanya Cottage dan lain-lain.Waduk ini juga merupakan wisata air terbesar di Jawa Barat.



Talaga Remis



Talaga Remis adalah sebuah danau besar yang terletak di kaki gunung Ciremai,dan merupakan salah satu dari beberapa objek wisata alam yang ada di kota Kuningan,tepatnya berada di Desa Kaduela,Kecamatan Pasawahan,Kabupaten Kuningan.
Pemandangan alam yang indah,udara yang sejuk,serta air danau yang jernih dikelilingi oleh pohon pinus yang rindang menjadi daya pikat bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini.tersedia pula berbagai fasilitas seperti sepeda air atau perahu motor juga tersedia Park and Resort.
Selain Talaga Remis  di kota kuningan juga terdapat 8 Telaga (bahasa sunda:Talaga) lainnya yang tak kalah indahnya,yaitu: Telaga Buruy,Telaga Leat,Telaga Nilem,Telaga Leutik,Telaga Tespong,Telaga Deleg,Sumur Jalatunda,dan Situ Ayu Salintang.



Palutungan & Curug Putri



Palutungan merupakan kawasan hutan sebagai tempat berkemah atau Camping Area yang dilengkapi fasilitas MCK dan musholla.para pendaki yang ingin ke puncak gunung Ciremai atau turun gunung,biasanya berkemah ditempat ini,karena Palutungan juga sebagai salah satu jalur untuk menuju puncak gunung Ciremai.ada pula para wisatawan yang berkunjung hanya sekedar menikmati pesona indahnya alam pegunungan yang asri dan sejuk,serta keindahan alamnya yang masih asli dan alami.Palutungan terletak di Desa Setianegara,Kecamatan Cigugur,yang menyimpan keanekaragaman flora dan fauna.
Sedangkan Curug Putri merupakan sebuah air terjun yang indah serta airnya yang jernih,dan digunakan sebagai tempat pemandian para pendaki,ataupun para wisatawan yang ingin menikmati kesegaran mandi di air terjun.



Curug Sidomba



Curug Sidomba adalah objek wisata air yang merupakan sebuah air terjun yang eksotis,terletak di Desa Peusing,Jalaksana,Kabupaten Kuningan yang berada di kaki gunung Ciremai.selain indah,Curug Sidomba ini terlihat unik karena air terjun disini dibuat oleh tangan manusia dan bukan air terjun alami,sehingga berbeda dengan air terjun pada umumnya.di tempat ini juga terdapat berbagai macam ikan seperti ikan kancra bodas dan ikan mas,termasuk beberapa hewan lainnya seperti beberapa ekor domba yang memiliki keunikan tanduknya.


Taman Purbakala Cipari

Taman Purbakala Cipari merupakan situs peninggalan era megalitikum dari masyarakat yang hidup di daratan Sunda Besar (mencakup Sumatera,Jawa,dan Kalimantan serta laut yang menghubungkan ketiganya pada masa purba,sekitar 10.000 tahun yang lalu),lokasinya terletak di Desa Cipari,Kecamatan Cigugur,Kabupaten Kuningan.ditempat ini di temukan tiga peti kubur batu yang didalamnya terdapat bekal kubur berupa kapak batu,gelang batu,dan gerabah,dan ini adalah salah satu tempat ditemukannya peninggalan kebudayaan prasejarah di Kabupaten kuningan Jawa Barat.
Situs ini telah dilengkapi dengan museum,dan sekarang menjadi tujuan wisata pedagogi (purbakala) yang menarik untuk dikunjungi.

Rabu, 12 November 2014

Ciri Khas Kota Kuningan

info tentang kota kuda "Kuningan"

Kehidupan organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Kuningan telah dimulai sejak + 3.500 tahun sebelum masehi (zaman neolitik dan megalith), hal ini didasarkan atas temuan peninggalan yang hingga kini dapat kita lihat di Taman Purbakala Cipari Kelurahan Cigugur, antara lain berupa menhir, dolmen, kuburan batu, perkakas batu, dan keramik.
Namun demikian, alternatif penentuan hari jadi Kuningan yang diusulkan oleh Tim Penulisan Sejarah Kuningan yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kuningan No. 349/Hk.021.1/SK/Bp/XII/1976 tanggal 16 Desember 1976, pada awal penetapannya di dasarkan atas dua usulan, yaitu:

  1. Berpegang pada periode awal atau periode “ARILE” yaitu tanggal 11 April 732 yang bertitik tolak pada penobatan Seuweukarma sebagai Raja Kuningan Pertama,dan;
  2. Berpegang kepada masuknya agama Islam ke Kuningan yang diawali dengan masuknya “Sunan Gunung Jati” ke daerah Luragung pada tahun 1481, tepatnya saat penobatan Kepala Pemerintahan di Kuningan pada tanggal 1 September 1498
Akhirnya berdasarkan kesepakatan yang didasari oleh titi mangsa permulaan masuknya Agama Islam ke Daerah Kuningan, maka ditetapkanlah alternatif ke dua sebagai Hari Jadi Kuningan yaitu 1 September 1498 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kuningan Nomor 21/Dp.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978.

Letak Kota Kuningan

Bila kita melihat sejarah daerah-daerah ibukota kabupaten di Jawa Barat, nama Kuningan yang sekarang termasuk salah satu Kabupaten di wilayah III, yaitu Jawa Barat sebelah timur bersama dengan Kab & Kodya Cirebon, Kab. Indramayu, dan Kab. Majalengka barangkali nama “Kuningan” telah lebih dulu disebut dalam sejarah sebagai daerah yang paling dulu ada. Demikian halnya dalam skala lebih luas di luar wilayah III Cirebon.
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23′ – 108° 47′ Bujur Timur dan 6° 47′ – 7° 12′ Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45′ – 7° 50′ Lintang Selatan dan 105° 20′ – 108° 40′ Bujur Timur.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan:
  • Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
  • Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
  • Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
  • Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa
Peta Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Indonesia

Lokasi Kabupaten Kuningan di Jawa Barat

Tempat Wisata dan Makanan Kota Kuningan


Wisata Alam
Wisata Budaya
Wisata Hutan
  • Desa Setianegara
  • Desa Jabranti
Wisata Ziarah
Wisata Adat
Makanan dan Minuman: Peuyeum, Angling, Nasi Kasreng (Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling, rengginang.
Makanan Khas Kota Kuningan Jawa Barat

Senin, 27 Oktober 2014

ADAT SEREN TAUN DI KUNINGAN





Seren Taun adalah upacara panen padi yang dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam bidang pertanian selama setahun yang telah berlalu dan harapan untuk setahun yang akan datang.
Lebih spesifik lagi, upacara seren taun merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung . Ada dua lumbung; yaitu lumbung utama(leuit indung) ; serta lumbung pangiring atau leuit leutik (lumbung kecil). Leuit indung digunakan sebagai sebagai tempat menyimpan padi ibu yang ditutupi kain putih dan pare bapak yang ditutupi kain hitam. Padi di kedua lumbung itu untuk dijadikan bibit atau benih pada musim tanam yang akan datang. Leuit pangiring menjadi tempat menyimpan padi yang tidak tertampung di leuit indung.
Dalam Upacara Seren Taun inilah dituturkan kisah klasik pantun serta sastra sunda yang menceritakan tentang perjalanan Sang Hyang Asri atau Dewi Sri merupakan utusan dari Jabaning Langit diturunkan ke bumi untuk memberikan kesuburan tanah bagi petani.
Di kawasan Cigugur,  di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, upacara Seren Taun dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840.
Seren Taun dilaksanakan  pada tanggal 22 bulan Rayagung Tahun Saka bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Di awali dengan Upacara Ngajayak ( Penjembutan Padi) pada tanggal 18 dilanjutkan dengan penumbukan padi dan sebagai puncak acaranya jatuh pada tanggal 22 Rayagung. Ngajayak dalam bahasa Sunda berarti menerima dan menyambut sedangkan bilangan 18 (delapan welas) dalam bahasa sunda dikonotasikan sebagai welas asih yang berarti cinta kasih dan kemurahan Tuhan menganugrahkan kemakmuran kehidupan umatnya serta segala alam semesta.
Tiga tahapan ritual  dalam upacara Seren Taun.
Pertama adalah Damar Sewu; Sebagai gambaran manusia dalam menjalani kehidupan baik sosial maupun pribadi.
Damar sewu atau seribu damarmerupakan acara pembuka dalam upacara seren taun. damar sewu biasa diadakan pada malam hari (sekitar jam 7 malam) damar sewu dimulai dengan penyalaan obor besar yang ada di halaman gedung paseban tri panca tunggal oleh seorang pemuda yang menunggangi kuda sambil membawa obor. setelah obor besar menyala dilanjutkan dengan menyalakan obor obor lain yang berada di sepanjang jalan desa cigugur.  pada upacara damar sewu ini desa cigugur akan diterangi oleh damar yang jumlahnya sangat banyak.
Kedua adalah Tari Buyung; Gerakannya Menggambarkan Penyelarasan Manusia Dengan Alam. Dalam tarian itu, manusia diajak untuk lebih dekat dengan alam dan mencintainya sebagai sahabat yang harus terus berjalan bersama.
SerenTaun- T ari Biyung | Candi.web.id 
Setiap gerakan dalam tari Buyung memiliki makna . Menginjak kendi sambil membawa buyung di kepala (nyuhun) erat relevansinya dengan ungkapan “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”. Buyung adalah sejenis alat yang terbuat dari logam maupun tanah liat yang digunakan oleh sebagian wanita desa pada zaman dulu untuk mengambil air di sungai, danau, mata air, atau di kolam.
Membawa buyung di atas kepala sangat memerlukan keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan ini perlu adanya keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Pergelaran tari buyung dengan formasi Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan Nugu Telu memiliki makna yang menyiratkan bahwa masyarakat petani Sunda adalah masyarakat yang religius. Sang Hyang Maha Kuasa diyakini sebagai  segala asal-usul sumber hidup dan kehidupan. Sementara manusia merupakan mahluk penghuni bumi yang paling sempurna di antara mahluk-mahluk ciptaan Sang Hyang Maha Kuasa lainnya.
Alam penuh dengan energi. Alam selalu bereaksi dengan tingkah laku manusia, dan ikut mempengaruhi karakter manusia. Eksistensi dalam alam makrokosmos dilihat sebagai sesuatu yang tersusun secara hierarkis. Sehingga, secara moral manusia dituntut untuk menyelaraskan hidupnya dengan alam, yaitu antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam raya) untuk membuahkan kesadaran mengenai penghayatan iman terhadap keagungan Sang Hyang Maha Pencipta.
Dan yang ketiga Pesta Dadung;  Sebagai Upaya meruwat antara energi positif dan negatif akan keseimbangan alam.
Pesta Dadung merupakan upacara sakral masyarakat dilaksanakan di Mayasih (kawasan gunung batu) yang merupakan upaya meruwat dan menjaga keseimbangan antara positif dan negatif di alam, jadi pesta dadung merupakan upaya meruwat dan menjaga keseimbangan alam agar hama dan unsur negatif tidak mengganggu kehidupan manusia. Setelah pesta Dadung berakhir, bisanya akan ditanami pohon dikawasan tersebut
Puncak Acara: Arak-arakan dari 4 penjuru
Seren taun - Arak-arakan | candi.web.id 
Puncak upacara Seren Taun serupa festival. Arak-arakan masyarakat terdiri dari 4 formasi barisan muda-mudi, ibu-ibu, bapak-bapak, dan rombongan atraksi kesenian yang membawa hasil panen dari empat penjuru Cigugur. Barisan terdepan, dua orang pemudi membawa padi, buah-buahan, dan umbi-umbian yang diikuti oleh seorang pemuda membawa payung janur bersusun tiga.
Di belakangnya, ada 11 orang pemudi membawa padi bibit dengan dipayungi para jejaka. Jumlah sebelas melambangkan simbol saling mengasihi (welas asih). Baris ketiga, terdapat rombongan ibu-ibu yang membawa padi di atas kepala (nyuhun); sedangkan baris keempat, rombongan bapak-bapak memikul padi dengan rengkong dan pikulan biasa.
Seren Taun juga dihadiri sejumlah kelompok masyarakat adat dari seluruh Indonesia. Suka cita dan kekhidmatan Seren Taun tak hanya dirasakan oleh masyarakat  Cigugur, namun juga dirasa memberikan makna bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Pemahaman tentang upacara dan tradisi kuno tanpa mengetahui maknanya akan menimbulkan banyak kesalahpahaman. Untuk memahami pengetahuan tentang tatanam alam semesta yang dimiliki tradisi kuno purbaraya, silahkan  download ebook  jagadgumelar.
Transportasi menuju Cigugur, Kuningan.
Pengunjung asal Jakarta dan sekitarnya,  dapat menggunakan Kereta Api menuju Stasiun Kejaksan Cirebon, kemudian dari sana bisa menggunakan jasa travel setempat untuk diantar langsung ke tempat tujuan, dengan harga yang relative terjangkau sekitar Rp. 25.000,- sampai Rp. 30.000,- per orang, tidak terlalu mengeluarkan kocek yang besar untuk membayar jasa travel setempat ke objek wisata Cigugur Pusat Terapi Ikan Alami dengan jarak tempuk sekitar 50 menit dengan jarak sekitar 36 km kearah selatan menuju pusat kota Kuningan dari kota Udang Cirebon.
Selain kereta api pengunjung dapat juga menggunakan bus. Terdapat angkutan bus 24 jam menuju Kabupaten Kuningan dari arah Jakarta, misalnya Bus Luragung Jaya, Bus Setia Negara, dan masih banyak lagi Bus tujuan Cirebon dari Jakarta, jika menggunakan bus dari Jakarta menuju Kuningan dengan ongkos yang relative murah sekitar Rp. 40.000,- sampai Rp. 55.000,-, calon pengunjung bisa turun di terminal Cirebon kemudian naik mobil bus jurusan Tasikmalaya dengan ongkos sekitar Rp. 7.000,- atau bisa naik angkutan umum sejenis Elf jurusan Cirebon – Cikijing dengan tarif yang sama seperti naik bus juarusan Tasikmalaya dan bisa langsung turun di depan objek wisata Cigugur Pusat Terapi Ikan Alami.
Upacara Seren Taun tidak saja diadakan di Cigugur, Kuningan, tetapi berapa desa adat Sunda menjalankannya juga setiap tahun, yaitu di daerah:
  • Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi
  • Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor
  • Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten
  • Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya


(diadaptasi dari berbagai sumber)

Keindahan Gunung Ciremai







Gunung Cimerai merupakan salah satu simbol Kabupaten kuningan, keberadaan gunung Ciremai selalu identik dengan keberadaan Kota kuda ini
Dikarenakan hampir sebagian wilayah Kabupten Kuningan berada di kaki Gunung Ciremai, bahkan sudah menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kuningan yang ada di sekitar Gunung tersebut.
Oleh karena itu harus tetap terjaga kelestariannya, salah satu upayanya telah ditempuh melalui perubahan fungsi Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional sejak tahun 2004

Gunung Ciremai pastinya tidak asing dengan para pencinta alam yang sejak lama Gunung ini menjadi sarana pendakian gunung Gunung Ceremai secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat
Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut.

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m
Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet



n
nih gambar gambar nya ....






PENGELOLAAN TNGC
Terbentuknya Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui surat No.522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004
dan Pemerintah Kabupaten Majalengka melalui surat No. 522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004 dan surat DPRD Kab. Kuningan No. 661/266/DPRD perihal

TNGC ditunjuk sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004
seluas ± 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional

Pengelola definitif Balai Taman Nasional Gunung Ciremai baru pada tahun 2007 melalui SK Menhut No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional
Hingga saat ini Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sudah memiliki 70 orang pegawai yang terdiri dari pegawai struktural, non struktural dan fungsional yang terbagi menjadi dua seksi pengelolaan taman nasional (SPTN) di Kuningan dan Majalengka.


DAYA TARIK WISATA ALAM

TNGC memiliki pesona keindahan yang luar biasa, salah satu Daya Tarik Wisata Alam yang paling utama adalah
wisata pendakian Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 mdpl
Untuk mencapai puncak Gunung Ciremai dapat melalui 3 pintu masuk yaitu
Jalur Linggarjati, Palutungan di Kab Kuningan dan Apuy di Kab Majalengka
Pesona keindahan puncak luar biasa menarik simpati banyak kalangan untuk mengagumi dan merasakan keindahannya

Selain jalur pendakian, terdapat 16 lokasi obyek wisata alam lainnya yang memiliki daya tarik yang tidak kalah dengan puncak Gunung Ciremai
Di beberapa tempat pengunjung dapat menyaksikan atraksi satwa kunci yang merupakan kekayaan satwa yang harus dilindungi yaitu Elang jawa (Spizaetus bartelsi) dan Surili (Presbytis comata)

Pengelolaan wisata di TNGC dikelola oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan taman nasional. Masyarakat telah mengelola 11 dari 19 lokasi ODTWA, dan selebihnya adalah pemerintah daerah
Ini adalah salah satu stategi penguatan masyarakat lokal untuk memberikan alternatif pendapatan untuk kehidupan dan mengurangi ketergantungan terhadap kawasan TNGC.
Daya Taik Wisata terdiri dari 15 lokasi di SPTN Wil I Kuningan dan 4 lokasi di SPTN Wil II Majalengka